Wahai pemilik jiwa...
Gemericik suara membawa jiwa
Rapuh oleh peluh
Tetesan embun membasahi peraduan
Sejuk lagi menyegarkan
Aku melantunkan segenap harap kala pertanyaan itu hadir
Meletup dan kian keras bergemuruh
Seketika itu aku bersimpuh
Dengan segala keAkuanku
Dengan segala ketololanku
Dengan segala yang segalanya bukan milikku
Dan dengan itu aku bersenandung pilu..
Wahai pemilik jiwa...
Hidupku bagai garis lurus
Tak bisa kembali ke masa lalu
Tetapi hidupku juga berliku
Tak bisa menghindari indahnya romansa ujian dan kenikmatan itu
Wahai pemilik jiwa...
Hidupku bagai bulatan bola
Tiada berujung tiada pula berpangkal
Bagaimana aku mengakhirinya?
Aku ingin seindah sewaktu Aku terlahir dulu
Wahai pemilik jiwa...
Hidupku melangkah terus ke titik akhir
Bagaimana Aku bisa sampai di sana dengan kebahagiaan?
Aku tidak ingin menderita dalam murka
Wahai pemilik jiwa...
Hidupku terkadang sporadis
Mengapa harus begitu?
Padahal aku mau semuanya berjalan sesuai yang Aku mau
Wahai pemilik jiwa...
Argghhh...
Ragaku lelah!
Jiwaku mulai kosong!
Apa yang harus kulakukan?
Sang pemilik jiwa mendengar dan berseru
Wahai kamu yang bersimpuh padaKu...
Tidakkah kamu memperhatikan???
Untukmu telah Ku tundukkan langit dan bumi
Tidakkah kamu menyadarinya???
Semua ada untuk kepentinganmu
Tidakkah kamu mensyukurinya???
Atas segala kesempurnaan itu..
Lahir dan batin
Maka nikmatKu yang manakah yang Kau dustakan???
Tak sanggup Aku menahan tetes demi tetes air mata yang mengalir
Begitu deras, begitu hangat, dan begitu menggetarkan jiwa
Semua pertanyaan itu sirn a seketika
Tertiup dinginnya nuansa kala itu
Kata tak dapat terangkai
Atas makna yang telah terungkap
Begitu indah, lugas, dan menggoyahkan sisi humanis
Tak dapat terlihat
Tak dapat terbaca
Tapi dapat Aku rasakan
Wahai pemilik jiwa...
Terima kasih telah menjawab semua pertanyaan yang berkecamuk dalam hatiku...
gitacintanya wilis
1 komentar:
saya sangat suka dengan puisi ini...
bagus..
mengalir dari hati...bukan otak!
Posting Komentar