Senin, 04 Juli 2011

Berani Bandel Itu Baik


Begitulah adanya ketika apa yang Kita anggap baik, belum tentu baik di mata orang lain. Ketika sesuatu yang Kita anggap hal yang biasa, bagi orang mungkin hal yang terlalu tidak biasa (dalam hal ini terlalu lebih, sehingga tidak biasa untuk ukuran kebiasaan yang telah dibangun). Sudah bertahun, bertahun sudah, melingkar, melingkar, melingkar, beberapa gugur, beberapa berkembang pesat, beberapa yang tak kunjung pesat cenderung pas-pasan bisa jadi menggambarkan kualitas lingkaran. Sayangnya dari titik-titik yang membentuk lingkaran tersebut, ada satu titik yang tak begitu bersinar, sinarnya redup, sehingga cahaya dari lingkaran tak keluar sebagaimana mesti, dan mungkin itulah saya. Saya yang paling redup sinarnya.

Ingat, pengingatan itu datang dari arah yang tak disangka-sangka. Dan beberapa hari lalu baru saja kena "pengingatan" yang menggemparkan. Oh no no! Sungguh tak dinyaya, hahaha, antara kocak dan miris. Kegiatan mengikuti arus yang berkembang yaitu Korean Wave, tak disangka-sangka justru membawa petaka tersendiri buat saya. Hahahaha...

Berdasarkan hasil pengamatan pribadi, dari semua titik dalam lingkaran, nampaknya cuma saya yang paling tiada bisa menjaga diri, cenderung ekspresif dan meledak-ledak. Dan titik-titik lain itu paling juara sekali dalam hal kelemahlembutan, kesantunan, kealiman, benar-benar mencerminkan kualitas pribadi sholehah. Sepertinya saya tidak masuk dalam kategori tersebut. *sedih*

Sampai saat ini saya masih percaya pembentukan pribadi seseorang dari lingkungan eksternal di sekitarnya berperan penting. Seberapa penting, itu kembali lagi pada pribadi masing-masing. Bagi saya, lingkungan eksternal begitu banyak membawa pengaruh dalam kehidupan saya. Permasalahannya adalah bagaimana membuat kesemuanya tersebut berjalan selaras dan seimbang. Pasalnya, lingkungan eksternal yang berkembang disekeliling saya begitu dinamis dengan bermacam rupa pengaruh yang dibawa.

Kali ini, kalau dibilang saya terkena pengaruh "Korean Wave" saya benar-benar tidak menampik. Saya benar-benar sedang demam dan cenderung mengikuti segala informasi yang berkembang tentangnya, walaupun terhitung sangat-sangat jauh tertinggal. Pengaruh yang sampai dalam pribadi saya tersebut, sebenarnya sudah memiliki filter sedemikian rupa agar tidak melebar sampai taraf Korslet (begitulah teman saya menyebut taraf pengaruh paling akut bagi yang terjangkit virus "Korean Wave"). Filternya sederhana, yaitu hanya gandrung dengan Actor Korea bernama Kim Soo Hyun. Hahahahaha... Sebelum gandrungnya bertumpuk-tumpuk menjadi bukit dan membuat korsleting otak.

Foto: Kim Soo Hyun, Keyeast

Setelah sempat memproklamirkan kegandrungan pada Co Kyuhyun (Super Junior), ternyata saya sadar kalau cuma Kim Soo Hyun yang benar-benar "berkualitas" untuk digandrungi. Saya percaya, ini kesalahan fatal yang saya lakukan. Mengapa? Karena sungguh benar-benar susah untuk membuat demam saya pada Kim Soo Hyun reda. Baru sekitar tiga minggu ini terjangkit virusnya, produktivitas jadi terganggu. Benar-benar paling terasa saat harusnya mengerjakan revisi hasil mengarang indah, tetapi teralihkan karena sibuk browsing dan hunting belajar apa sih itu Korea, kenapa wanita-wanita histeris karenanya, bahkan pria-pria pun tak luput dari serangan "Girls Band Korea". Tapi dari situlah, akhirnya saya menemukan jawabnya.

Kegandrungan salah arah ini benar-benar saya pahami. Saya tahu persis siapa yang layak untuk digandrungi, beliau adalah Rasulullah SAW. (Shalawat untuk beliau...) Saya sampai hapal materi leadership Rasulullah SAW dalam training ESQ. Tiada lain memang hanya beliaulah manusia agung yang layak untuk digandrungi seantero jagad ini.

Itu sebabnya pengingatan paling nyata sampai mampir dari orang yang tidak diduga-duga. Hahahaha. Sudah bertahun-tahun melingkar, mungkin mengecewakan ketika melihat ada satu titik yang "tidak beres" dengan menggandrungi manusia yang seharusnya tidak untuk digandrungi. Sadar-sesadar-sadarnya akan hal tersebut. Saya hanya tersenyum dan memperbanyak istigfar. Berdo'a semoga penyakit demam ini reda dengan meminimalisir kegiatan berbau "Korean Wave".

Namun sayangnya, saya tidak bisa menjadi topeng yang terbentuk dalam bentukan 'saklek' lingkaran. Perihal kegandrungan yang salah arah, saya akui kesalahan. Tetapi, saya adalah pribadi yang dinamis dan fleksibel. Sebagaimana hasil diskusi dengan seorang teman bahwasanya menjadi pribadi sendiri itu walau bukan segalanya adalah hal yang paling penting dalam kehidupan seseorang. Saya adalah titik satu, yang mungkin tak bisa menjadi seperti titik yang kedua atau titik yang ketiga. Hanya saja, saya berterimakasih atas pengingatannya.

Saya percaya, sangat percaya, sangat-sangat percaya bahwa jati diri itu tak ditemukan secara instant lewat bentukan-bentukan sistem, tetapi melewati serangkaian pencarian yang membuat seseorang percaya mengenai apa yang Ia yakini benar dan hal tersebutlah yang kemudian menjadi pegangan hidupnya. Sekali lagi, poin penting disini adalah pencarian, sampai kapan pencarian itu usai, tergantung pada pribadi masing-masing.

Perihal di masa-masa pencarian itu "kebandelan" menyertai, mengapa tidak. Toh, ini hanya perihal waktu, mungkin titik-titik lain sudah bulat, sedangkan saya belum karena tersisa "kebandelan" yang menyertai. Pada dasarnya, tidak ada "kebandelan" yang baik. Namun, kali ini saya melihat "kebandelan" ini sebagai hal yang positif, "berani bandel itu baik" dalam konteks pencarian jati diri yang lebih baik. Akhir kata, semoga kebandelan ini segera usai dan saya lekas sembuh dari penyakit demam pada Kim Soo Hyun. Semoga Allah memaafkan :)