Minggu, 05 April 2009

Saya untuk Indonesia

Saya untuk Indonesia

Tidak semua yang kita hadapi dapat kita ubah, tetapi tidak ada sesuatu yang berubah sampai kita mau menghadapinya. Begitulah gambaran kehidupan kita, manusia sebagai makhluk sempurna yang dianugerahi kesempurnaan akal, pikiran, dan perasaan oleh Tuhan yang Maha Esa. Dengan akal dan pikiran, kita dapat menciptakan usaha, menghasilkan penyebab, dan menciptakan pilihan-pilihan. Kita menjadi produk dari bagaimana kita memilih untuk menjalani hidup dalam kehidupan ini. Apapun yang kita lakukan dalam kehidupan kita adalah pilihan-pilihan yang merupakan kesempatan yang tidak dapat kita hindari. Hasil dari pilihan-pilihan tersebut nantinya akan menjadi sesuatu hal yang mampu mengubah apapun yang berada di sekeliling kehidupan kita.

Semua prestasi tersebut adalah sebuah proses panjang yang pasti pernah kita alami dan mungkin akan berlangsung terus selama kehidupan kita di dunia. Sebuah hasil, akibat, dan konsekuensi logis atas usaha yang kita ciptakan, penyebab yang kita identifikasi, dan pilihan-pilihan yang kita ambil dalam hidup. Sebuah output atas hasil konversi dari berbagai artikulasi keinginan, agregasi pilihan-pilihan yang ada, dan penerapannya dalam kehidupan yang cepat atau lambat dan perlahan tapi pasti akan membawa perubahan dalam kehidupan kita.

Dalam sejarah panjang perjalanan kehidupan manusia di berbagai aspek atau bidang kehidupan, akal dan pikiran merupakan potensi luar biasa yang mampu membawa kita pada perubahan. Berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi informasi, dan lain sebagainya telah menjadi ajang pembuktian bagi manusia yang mampu memanfaatkan dan mendayagunakan potensi lewat karya cipta manusia. Coba kita tilik dan ingat kembali bagaimana sumbangan James Watt melalui temuan mesin uapnya telah menggelontorkan semangat baru bagi terciptanya Revolusi Industri atau jasa Thomas Alva Edison yang telah melahirkan berbagai temuan yang berguna bagi kemajuan peradaban manusia. Begitu pula dengan gagasan-gagasan para pemikir sosial seperti John Locke, Karl Marx, dan Adam Smith yang telah berperan besar bagi perkembangan dunia ekonomi, hukum, dan politik masa kini. Semua itu merupakan bentuk konkret betapa akal dan pikiran manusia merupakan potensi yang sangat luar biasa yang mampu memberikan perubahan dalam kehidupan manusia.

Pada dasarnya, potensi yang luar biasa tersebut juga dimiliki oleh setiap manusia. Namun sayangnya, tidak setiap manusia berkehendak dan mau bekerja keras untuk memanfaatkan dan mendayagunakan potensi tersebut. Padahal untuk mewujudkan prestasi diperlukan kerja keras, keuletan, dan ketangguhan di dalamnya. Suatu bangsa yang maju adalah cerminan dari berbagai potensi yang mampu membuahkan prestasi. Bangsa yang rakyatnya mau bekerja keras, ulet, dan tangguh dalam mewujudkan prestasi. Dan sebagai pengingat bahwa Tuhan sendiri tidak akan mengubah nasib suatu kaum atau bangsa, jika bangsa tersebut tidak mau berusaha untuk melakukan perubahan.


Saya, Pemuda dalam Gerakan Mahasiswa

Potensi merupakan suatu daya, kemampuan, atau kekuatan yang dimiliki oleh setiap manusia namun belum dimanfaatkan secara optimal. Menjadi tugas kitalah untuk kemudian mendayagunakan potensi tersebut agar menjadi manusia yang berpotensi dalam mewujudkan prestasi. Sebagai seorang individu yang menyadari bahwa mengenali potensi diri adalah langkah awal menuju kesuksesan. Saya selalu berupaya untuk memperluas dan memperdalam kesadaran mengenai berbagai kecenderungan dan kekhususan diri sendiri, baik yang telah teraktualisasi maupun belum.

Saya menyadari bahwa saya memiliki potensi-potensi yang belum atau telah saya kembangkan namun belum optimal. Misalnya saja, kegemaran saya untuk menuangkan ide-ide kreatif mengenai berbagai hal yang saya anggap penting untuk disikapi ke dalam tulisan-tulisan yang kemudian saya muat dalam blog pribadi saya. Namun, terkadang tulisan-tulisan tersebut tidak sepenuhnya dapat mengcounter kebutuhan saya untuk mengevaluasinya karena feedback atas ide-ide yang saya tuangkan tidak langsung saya terima pada saat yang sama. Hal ini kemudian menjadi pendorong bagi saya untuk dapat mengoptimalkan ide-ide yang telah saya tulis tersebut di dalam diskusi atau kajian. Sehingga saya dapat mengevalusi atau mengukur sejauh mana potensi saya.

Menyadari potensi tersebut, sebagai warga negara Indonesia dalam posisi saya sebagai mahasiswa, status yang saya sandang memberikan konsekuensi logis adanya hubungan timbal-balik antara status dan peran saya sebagai mahasiswa dalam masyarakat. Sebagai bagian yang hidup dan berada ditengah-tengah masyarakat, saya harus peka terhadap apa yang dialami dan dirasakan oleh masyarakat. Lewat potensi yang saya milikii, saya memiliki daya untuk menyatakan sikap atas situasi yang sedang dihadapi, memberikan alternatif solusi, atau sekedar melakukan pencerdasan atas problematika yang ada. Hal ini juga berkaitan dengan aktivitas saya sebagai mahasiswa atas tanggung jawab moral-sosial kemasyarakatan yang digantungkan oleh masyarakat kepada mahasiswa termasuk saya.

Semakin baiknya pemahaman tentang potensi diri, status, serta peranan saya sebagai mahasiswa, motivasi saya untuk terjun langsung berkontribusi untuk masyarakat dan lingkungan pun semakin kuat. Melalui wadah pergerakan kampus yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) 2009 saya berusaha untuk mengembangkan potensi diri sebagai bentuk kontribusi dan kepedulian saya terhadap masyarakat lewat gerakan mahasiswa. Carut marutnya kondisi Indonesia yang kian lama kian mengkhawatirkan, korupsi, bencana alam, krisis ekonomi, masalah kesejahteraan, dan pendidikan membutuhkan perhatian serius terutama dari saya sebagai generasi muda pewaris bangsa. Pemuda yang menjadi komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan tata nilai di tengah-tengah derasnya liberalisasi informasi era globalisasi.

Kecintaan saya terhadap dunia pergerakan pemuda lebih lanjut lagi mendorong saya untuk memilih bergabung dalam Pusat Kajian dan Studi Gerakan (Pusgerak) BEM UI karena sesuai dengan wadah pengembangan potensi yang saya inginkan, juga sebagai wujud kepedulian terhadap gerakan pemuda yang cenderung statis dan sebagian telah jenuh tergerus oleh arus zaman yang begitu keras lantaran gerakan yang tak pernah mampu menembus dinding-dinding angkuh penguasa, isu yang tak pernah muncul di media, atau jenuh lantaran ideologinya sudah bertransformasi menjadi utopia kosong tak bermakna.

Tidak dapat dipungkiri, aktivitas saya di Pusgerak menguras banyak pemikiran. Hal ini terkait dengan fungsi utama Pusgerak untuk membuat Platform Gerakan BEM UI dan menjaga ritme gerakan BEM UI selain fungsi-fungsi lain terkait konsistensi ideologi (gerakan) dengan kemampuan untuk menjaga dan melestarikan aset-aset gerakan sehingga menjaga kualitas dari gerakan mahasiswa. Terlebih, saya mendapat amanah sebagai penanggung jawab rekayasa diskursus, di mana saya memiliki kewajiban untuk memberikan nuansa baru terhadap pergerakan mahasiswa yang mulai memudar dengan gerakan mahasiswa ala pop culture. Pusgerak melalui saya, berusaha mengembangkan sebuah gerakan cerdas yang dapat dengan mudah dicerna oleh kebanyakan masyarakat atau mahasiswa yang kurang concern atau bahkan tidak peduli dengan gerakan mahasiswa melalui jargon-jargon atau tagline pencerdasan yang menarik. Metode diskursus tersebut di antaranya berupa kaos, pin, atau stiker yang didalamnya terselip pencerdasan.

Selain itu, di Pusgerak BEM UI, saya merasakan potensi yang saya miliki dapat saya manfaatkan dan didayagunakan secara optimal. Kini, ide-ide yang saya miliki tidak hanya tertuang dalam bentuk tulisan melainkan dapat saya kembangkan dalam metode diskursus dan kajian-kajian komprehensif yang secara rutin diadakan, sehingga ada feedback langsung terhadap gagasan-gagasan saya selain memperluas wawasan dan sharing ide. Lebih lanjut lagi, aktivitas saya di Pusgerak menuntut saya untuk selalu berpikir, bernalar, dan bertindak dengan cerdas. Alhasil, saya benar-benar merasakan kalau di Pusgeraklah saya menemukan jati diri saya dan saya bersyukur bisa ada dan menjadi sebahagian kecil mahasiswa yang masih peduli terhadap gerakan mahasiswa, tonggak pergerakan pemuda Indonesia.

Berbekal potensi, aktivitas, dan semangat juang yang saya miliki melalui wadah Pusgerak BEM UI tersebut, saya ingin mewujudkan impian saya untuk membentuk sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap segenap upaya penyusupan pihak luar terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Sebuah impian besar untuk Indonesiaku, di mana saya mendambakan pemuda-pemuda Indonesia bergerak bersama menyongsong penguatan karakter bangsa lewat pemahaman peran-peran generasi muda untuk membangun kembali karakter positif bangsa dengan menjunjung nilai-nilai moral di atas kepentingan-kepentingan sesaat sekaligus upaya kolektif untuk menginternalisasikannya pada kegiatan dan aktifitas pemuda sehari-hari. Generasi muda juga diharapkan mampu mengambil peran sebagai pemberdaya karakter atau character enabler. Bentuk praktisnya adalah kemauan dan hasrat yang kuat dari generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif. Selain itu, generasi muda juga sebagai perekayasa karakter (character engineer) sejalan dengan perlunya adaptivitas daya saing untuk memperkuat ketahanan bangsa. Peran yang terakhir ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran.

Sejauh ini, saya menyadari bahwa potensi dan aktivitas yang telah saya lakukan di Pusgerak BEM UI memang belum mampu mewujudkan impian saya untuk meredefinisi nasionalisme lewat peranan pemuda. Tetapi, poin penting yang perlu saya banggakan adalah bahwa saya merupakan sebagian dari banyaknya generasi muda yang masih peduli terhadap nasib bangsanya, saya ada untuk bangsa Indonesia. Potensi yang saya miliki memang belum memberikan perubahan yang signifikan bagi bangsa Indonesia. Tetapi, paling tidak saya telah ikut berkontribusi untuk mengingatkan bahwa pemuda memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter bangsa. Lewat diskusi, kajian, dan gerakan mahasiswa ala pop culture, saya memberikan semangat pergerakan pemuda yang cerdas dalam berpikir dan bertindak, melakukan ekspansi media untuk pencerdasan dan pembentukan opini publik, serta menguasai public sphere sehingga tercipta konsistensi dan sinergisasi dalam pergerakan pemuda.

Selanjutnya, agar ide-ide yang saya miliki tidak hanya menjadi pewacanaan semata, saya telah membuat beberapa design rekayasa diskursus, sebuah gerakan cerdas yang mematahkan statement kebanyakan orang yang menilai gerakan mahasiswa hanyalah lewat aksi semata. Ini merupakan pembuktian bahwa dengan media-media diskursus seperti kaos, pin, atau stiker, saya dan teman-teman Pusgerak mampu mencerdaskan cara pandang terhadap pergerakan mahasiswa yang tidak hanya lewat aksi saja. Sebuah upaya untuk mengembangkan potensi gerakan pemuda dalam wilayah atau ranah kampus. Sebuah kerja keras untuk mentransfer dan menanamkan peran pemuda dalam pergerakan pemuda Indonesia. Walaupun untuk mengubah cara pandang seseorang itu sulit, tapi perubahan itu selamanya tidak akan terjadi kalau kita tidak memulai untuk menghadapi mainstream yang berkembang. Oleh karena itulah, saya bertekad untuk dapat mem-pop culture-kan UI agar mahasiswa sebagai pemuda menyadari peranan mereka dalam membangun bangsanya.

Tidak ada komentar: