Rabu, 15 September 2010

Untuk Kalian Wahai Jiwa-Jiwa Yang Masih Merasakan Pilu, Bangkit dan Bergegaslah!!!



Sebuah judul artikel membawa saya pada suatu titik ke’muak’an yang teramat sangat. Laporan dari Den Haag Selasa, 14 September 2010 yang saya unduh dari situs detikcom pukul 19:09 WIB yang berjudul Saatnya Rakyat Mengambil Sikap untuk Menghukum DPR” begitu mematahkan hati, menohok, dan mencabik-cabik rasa kebangsaaan ini. Sebuah artikel yang semakin mengugurkan tiap-tiap kebanggaan atas betapa besarnya anugerah Tuhan untuk bangsa yang begitu kaya akan keberagamannya ini. Artikel yang kadang kala membawa saya pada kelemahan kepercayaan akan harapan kembalinya kejayaan bangsa ini seperti waktu dahulu kala. Artikel yang disisi lain justru memberikan sebuah semangat untuk semakin giat menjadi agen perubahan bagi bangsa ini.


Masih segar diingatan saya kala Dosen dalam kelas Kebijakan Pajak memberikan sebuah tamparan atas carut marutnya bangsa ini. Krisis kepercayaan, krisis kebangsaaan, krisis atas kemampuan bangsa sebesar Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan menjadi sebuah triggerbagi generasi digital macam kita ini untuk memasuki dunia yang tentunya tidak baru tetapi membutuhkan nyali dan pengorbanan yang tidak sedikit untuk terus berbuat yang terbaik bagi bangsa ini.


Wahai Jiwa Yang Mati, bukan karena kematian dalam keniscayaan, tapi kematian yang terselubung, menutupi, dan menggerogoti jiwa ini. Naudzubillah…

Den Haag - Anggota DPR ibarat gerombolan penggangsir uang pajak rakyat. Apapun suara keberatan rakyat atas penghambur-hamburan uang pajak, terbukti tak pernah didengar. Saatnya rakyat bersikap untuk menghukum mereka.

Hal itu disampaikan President of Islamic University of Europe, Rotterdam, Dr. Sofjan Siregar, MA kepada detikcom, Selasa (14/9/2010), menanggapi rencana studi banding Panja DPR ke beberapa negara tujuan.

"Uang rakyat dipungut paksa melalui instrumen pajak, dari kelas miskin, menengah, sampai yang kaya raya semuanya kena tanpa kecuali. Kita rela membayar pajak, tapi seperti di Eropa harus sen demi sen digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Bukan untuk digangsir secara legal dengan macam-macam kedok," kecam Sofjan.

Menurut Sofjan, suara-suara keberatan dari rakyat itu karena uang yang dipakai anggota DPR untuk program jalan-jalan berkedok studi banding itu berasal dari uang jerih payah rakyat yang terkumpul melalui pajak.

"Supaya disadari oleh anggota DPR, bahkan uang untuk pakaian perlente mereka, untuk makan mereka dan mengisi perut anak istrinya itu dari uang rakyat," tegas Sofjan.

Lanjut Sofjan, ulah dan tingkah laku anggota DPR nampaknya semakin terang-terangan bertambah rakus dan tidak sesuai akal sehat. Rakyat yang merasa tersakiti dan selalu protes menyampaikan keberatan, tapi tidak pernah di dengar oleh mereka.

"Saatnya sekarang rakyat menghukum DPR. Seperti di Negeri Belanda, menghukum DPR itu melalui pemilu. Jangan lagi asal percaya," Sofjan mengingatkan.

Dikatakan, bahwa studi banding-studi banding DPR dengan biaya miliaran ke semua pelosok hampir seluruh negara-negara di dunia itu sudah terbukti tidak ada feedback yang signifikan buat negara dan legislasi.

"Konyolnya lagi, RUU terkait akan dibahas bulan Oktober 2010, tapi DPR mau studi banding beberapa hari saja sebelum pembahasan RUU. Kalau mau menipu, mbok ya jangan lebih bodoh dari penipu jalanan," kritik pria yang juga Ketua ICMI Eropa ini.

Untuk program-program penggangsiran uang rakyat berkedok studi banding itu, lanjut Sofjan, DPR sebenarnya bisa meminta informasi via KBRI di negara yang mau dikunjungi, apalagi cuma soal kepramukaan.

Seluruh dana studi banding tahun ini agar dialokasikan ke korban bencana alam seperti korban letusan Gunung Sinabung di Sumatera. "Jika anggota DPR merasa bukan Dewan Perampok Rakyat, semestinya mereka studi banding ke Gunung Sinabung ketimbang ramai-ramai kelayapan ke berbagai negara, sambil menggangsir uang rakyat melalui Surat Perintah Dinas atau uang saku," tandas Sofjan. Eddi Santosa - detikNews


Baca dan rasakan sensasinya! Wahai jiwa-jiwa yang masih merasakan pilunya dikhianati jiwa-jiwa yang dahulu telah engkau pilih dan percayakan untuk membawa perubahan pada bangsa ini, mari bangun dan bergegaslah menantang zona nyaman kita selama ini. Barikade kedzaliman ini sudah harus segera mungkin diruntuhkan dan saya yakin generasi seperti Kita lah yang pada saat fajar esok menyingsing mampu melangkahkan kaki lebih cepat untuk menyegerakan berbuat (sekecil) apapun untuk menggoreskan perubahan bagi bangsa ini. Bangkit dan Bergegaslah!!!

4 komentar:

Author mengatakan...

Enaknya diapain tuh..hehe
btw, jadi aktifis nih..may demo nih kayaknya..hoho

Anonim mengatakan...

kritis bgt, hidup mahasiswa... lanjutkan menulis, menjadi tuan bagi diri sendiri,,,, like

Anonim mengatakan...

kritis banget... lanjutkan wilis. teruslah jadi tuan untuk dirimu sendiri.. like sm tulisan-tulisannya :)

Wilis Windar Astri mengatakan...

Wah,thanks Siti :)
Butuh kritik juga nih. Semoga bisa terus melanjutkan kebiasaan menulis ini. :)