Bicara Cinta
Sungguh, tidak terbersit suatu apapun ketika menuliskan kata demi kata dalam rangkaian logika atas pertanyaan yang sebenarnya saya sendiri pun bingung untuk menjawabnya. Rasa-rasanya seperti tidak ada suatu apapun yang sedang terjadi dalam diri saya hingga jari jemari ini mudah sekali menulis tulisan ber-genre labil seperti ini. Tetapi satu hal yang pasti, saya hanya ingin merangkai kata dan mengungkap makna dibalik semua pertanyaan yang selama ini belum saya temukan jawabnya. Karena bisa jadi teman-temanlah orang yang mengerti tentang apa yang sedang saya pertanyakan. Maka, jangan seganlah berbagi atas semua ketidakmengertian saya tentang cinta.
Bagi saya,
Bukan cinta jika itu buta
Karena cinta tidak membutakan
Hanya saja diri Kita yang buta akan cinta
Karena cinta itu punya hati
Dan hati adalah milik diri
Dan diri ini adalah milik Ilahi
Memang, cinta itu sulit terdefinisi
Apalagi bagi orang seperti saya
Hemm, mungkin tidak bagi teman-teman
Maka, ketika saya bicara cinta pada teman-teman dan kemudian bertanya:
“Apa definisi dari cinta?”
Maka sangat mungkin jika teman-teman menjawab dengan beragam makna dibaliknya
Makna yang lagi-lagi menurut saya sangat luas dan kompleks
Setiap hati dapat berbeda dalam memaknainya
Memaknai lima huruf yang dirangkai menjadi suatu kata yang bisa membuat orang stabil jadi labil
Memaknai lima huruf yang bisa membuat group band D’Bagindas lagunya laris manis di pasaran atau yang membuat Citra Idol keliatan keren banget gara-gara menyanyikan lagu ini
Memaknai lima huruf yang kata orang indah dan bikin hati jadi berbunga-bunga (kok bisa ya hati ada bunganya? Hemm)
Ya, Memaknai sebuah kata C.I.N.T.A dalam berbagai ruang dan waktu
Hemmm…
Cinta itu seperti apa ya?
Kalau yang biasanya cinta digambarkan dengan gambar hati
Kali ini, saya ingin menggambarkannya dengan angka
Kalau cinta itu dimisalkan sebagai konstanta kemudian dibagi dengan nol
Maka hasilnya pun menjadi tidak terhingga
Lantas, kalau saya bilang cinta itu seperti matematika
Maka setiap angka haruslah diperhitungkan dengan cermat
Tiap hati harus mampu memainkan setiap angka dalam ular tangga kehidupan
Hingga memberi nilai yang sempurna atau bahkan tak terhingga
Sempurna bagi yang pandai memperhitungkan angka dalam tiap perjalanan cintanya
Tak terhingga bagi yang berpengharapan lebih atas makna cinta yang hakiki
Dan lagi-lagi sampai sejauh ini, saya berkesimpulan bahwa memaknai C.I.N.T.A itu memang rumit, serumit perjalanannya, “deritanya tiada akhir” (tambahan dari Ti Pat Kai, adiknya Sun Go Kong, bukan saya yang bilang)
Selanjutnya,
Cinta itu gimana ya rasanya?
Kalau cinta itu rasanya kaya permen nano-nano, ada rasa manis asam asinnya
Pikir saya, berarti cinta itu enak juga ya.
Tapi kalau pas kebagian asam, gak enak banget pasti, apalagi kalau pas sariawan, (loh? Hehe)
Oh, ada yang lebih keren lagi (tiba-tiba ingat)
Kalau cinta itu rasanya seperti permen segala rasanya Harry Potter pasti disetiap permen selalu ada kejutan rasa ya.
Kalau dapat permen yang dibuat dari 100% coklat Swiss pasti enak banget ya itu cinta.
Sebaliknya, kalau dapet permen rasa luka akibat sayatan pisau pasti menyedihkan sekali ya itu cinta.
Dan lagi-lagi sampai sejauh ini, saya berkesimpulan bahwa C.I.N.T.A itu bisa dimaknai dengan berjuta-juta rasa, tergantung pada apa yang Kita rasakan, manis asam asinnya hanya diri Kita sendiri yang bisa merasakannya.
Lalu,
Darimana Kita tahu itu cinta?
Kalau saya bilang tahu dari D’bagindas, kan gak lucu juga.
Mungkin yang agak tepat dan sepertinya masih berlaku sampai sekarang
“Darimana datangnya cinta?” Ya dari mata, turun ke hati.
Hemmm, dipikir-pikir aneh juga.
Memangnya ada apa di mata kita, sampai cinta bisa jatuh ke hati (tanya kenapa???)
Kalau cinta itu dimisalkan seperti udara kehidupan
Maka, layaknya udara yang tak dapat dilihat, kehadiran cinta pun tak dapat dilihat
Namun, setiap jiwa yang hidup pasti mampu merasakan kehadiran udara dalam tiap hembusan nafas walau udara itu sendiri tidak dapat Kita lihat
Begitu pula dengan cinta, tak dapat dilihat darimana datangnya, namun dapat dirasakan kehadirannya
Dan sampai pada tahap ini, saya bingung memaknai C.I.N.T.A, karena tiap jiwa mau tidak mau harus merasakannya sebagai sebuah kehidupan, sebagai anugerah dari Allah SWT Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji Bagi Allah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar