Senin, 13 September 2010

Pelajaran Dari Lantai Ini: "Boleh Berharap, Tapi Jangan Berharap-harap"

Pelajaran Dari Lantai Ini: "Boleh Berharap, Tapi Jangan Berharap-harap"



Ini pagi indah…

Bagaimana caranya agar ini tidak terlihat begitu berlebihan? Tapi, perasaan saya sudah cukup sangat berlebihan merasakan hal ini. Kalau diingat dan dihitung, berarti saya sudah 60 hari meninggalkannya, meninggalkan lantai itu. Lantai itu saya beri nama lantai 6. Lantai 6, ya..di lantai yang menyenangkan, di lantai yang membuka mata saya, lantai di mana saya terpesona oleh keelokan suasana dan kondisi indah religi yang saya lihat saat pertama kali bercengkrama dengan lantai ini.

Lantai ini, lantai 6 ini, tak pernah seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Lantai yang penuh keseriusan, lantai yang hanya menawarkan kesibukan yang tiada henti tanpa memberikan ampun atas segala rupa transaksi yang berlangsung dan terjadi di atas lantai ini.

Lantai ini, lantai 6 ini, tak pernah seperti yang saya rasakan sebelumnya. Lantai yang penuh romantika cinta dan segala rupa nuansa kekerabatan yang begitu kental. Antara yang muda dan yang sudah berumur berbaur menjadi satu dalam sebuah keluarga di lantai 6.

Barangkali saya pikir, ini sudah sangat berlebihan ketika saya harus memintakan diri ini untuk bercerita atas perasaan yang saya rasakan dalam hati. Hampir dua bulan sudah, tapi rasanya begitu menyedihkan. Ketika harus mengingat betapa buruknya pengalaman yang saya rasakan di lantai yang berbeda. Pengalaman kecewa yang begitu amat-amat mendalam harus saya rasakan. Sampai-sampai diri ini tak sanggup untuk memendamnya dan mau tidak mau melampiaskannya dengan bergalau ria di jejaring sosial. Yang itu cukup menandakan betapa saya hampir gila atas perlakuan yang saya terima di lantai lain itu.

Kekecewaan yang sangat mendalam atas sebuah keterasingan yang menurut saya tidak layak untuk saya terima. Kekecewaan atas keterasingan yang telah sengaja diberikan atas mekanisme yang aneh dari lantai lainnya. Menyebalkan sekali, ketika apa yang seharusnya kita terima sebagaimana mestinya ternyata tidak kita terima akibat kesalahan system atau mungkin karena memang system yang salah menerapkan apa yang telah menjadi code of conduct yang dijunjung tinggi di pelbagai lantai di bawah atap ini.

Ah, tapi sudah cukuplah, mengeluh dan mengaduh atas yang tidak perlu diaduhkan. Jadi teringat, ini memang salah saya, atas tamparan yang diberikan lewat status orang. Salah saya, ketika menaruh harapan yang berlebih pada sesuatu yang tidak seharusnya tidak disandarkan untuk diharapkan. Karena sesungguhnya pengharapan tertinggi memang haruslah teruntuk kepada yang Maha Pemberi. Bahwasanya, penggantungan harapan itu tak seperlunya setinggi apa yang tidak mungkin kita raih dalam hal menjadikan orang lain, institusi, atau yang setara dengannya sebagai tujuan akhir kita. Salah, itu salah besar. Jangan sekali-kali berkepercayaan tinggi bahwa yang kita harapkan atas hal tersebut padanya akan berjalan sebagaimana yang kita inginkan.

"Boleh berharap, tapi jangan berharap-harap!" Tapi intinya, ujungnya, bahwasanya seorang manusia seperti saya ini haruslah mawas diri apabila berpengharapan. Haruslah mengerti dan memahami betul tidak semua yang kita inginkan akan kita dapatkan. Yang maha Pemberi sudah memiliki aturanNya kepada manusia masing-masing. Maka dari itu, berpengharapan lah terbesar hanya kepada Sang maha Pemberi. Karena sesungguhnya Dia telah memiliki banyak hal yang tidak kita ketahui untuk Dia bagi pada Kita, yaitu apa yang menjadi kebutuhan kita, bukan apa yang kita inginkan.

Kembali lagi ke lantai 6, lantai di mana pengharapan itu akhirnya bersemi kembali. Saat di mana, harapan sudah mulai tumbuh seiring dengan apa yang telah menjadi harapan saya sebelumnya kala itu, kala waktu dahulu saya telah memintanya untuk dapat bergabung dengan yang sesuai yang saya inginkan. Singkat kata, maka saya dengan hati gembira menerima bahwa di lantai inilah saya akan memulai melakukan banyak aktivitas.

Hari demi hari berlalu, dan saya boleh tau kalau ternyata, tetap saja apa yang saya inginkan tidak sebagaimana yang saya harapkan dari awal saya mulai berada di lantai ini. Ternyata tetap saja, kekecewaan ini muncul manakala hal ini masih tidak sesuai dengan pengharapan sesungguhnya yang saya inginkan. Saya kecewa, lagi-lagi kecewa. Sempatlah saya untuk menyadari bahwa saya mulai hampir menyerah pada keadaan. Tapi begitulah pelajaran yang berharga dari lantai ini, sungguh kekecewaan akan muncul manakala pengharapan tidak bergantung pada Yang Maha Tinggi. Sebuah pelajaran yang begitu berharga.

Tidak ada komentar: