Sabtu, 14 Maret 2009

Internalisasi sifat-sifat Kepemimpinan Rasulullah dalam kehidupan

Internalisasi sifat-sifat Kepemimpinan Rasulullah dalam kehidupan
*memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At-taubah: 128)
Dalam ayat tersebut Allah memberikan sebuah ilustrasi yang jelas mengenai sosok seorang pemimpin yang patut diteladani oleh seluruh pemimpin yang ada di muka bumi ini agar kepemimpinannya mampu mengayomi dan menyejahterahkan masyarakat yang dipimpinnya. Dengan sifat-sifat atau karakter-karakter khusus yang diberikan Allah kepada kekasih-Nya, Muhammad saw, maka sepatutnya para pemimpin itu--dalam semua level yang ada-- bisa mencontoh dan merujuk kepadanya.

Karakter-karakter atau sifat-sifat khusus yang dimaksudkan Allah telah jelas. Pertama, rasul yang diutus Allah itu berasal dari jenis manusia sendiri. Sebagai suatu wujud kasih-sayang Allah kepada umat manusia, Allah mengutus seorang rasul yang menyebarkan risalah-Nya dari jenis mereka sendiri. Allah tidak mengutus seorang malaikat atau seorang jin kepada mereka, karena Allah tahu bahwa hanya manusialah yang paling mengerti dan menyelami komunitasnya sendiri, bukannya jenis makhluk lain.

Dari sini ada suatu hal yang bisa dijadikan ibroh (pelajaran), yaitu apabila seorang pemimpin hendak mengutus seorang duta/utusan/juru dakwah kepada suatu bangsa atau sekelompok orang, maka hal yang terpenting untuk diperhatikan adalah utusan tersebut hendaknya orang yang sudah mengetahui seluk-beluk atau paling tidak mengerti gambaran mengenai komunitas masyarakat yang akan dihadapi. Hal ini untuk lebih mendekatkan sosiokultural masyarakat kepada seorang juru dakwah tersebut sehingga masyarakat tidak dengan serta-merta menolak utusan tersebut karena ternyata utusan yang datang kepada mereka itu merupakan bagian dari mereka sendiri. Ada suatu ungkapan Arab klasik yang mengatakan, "Barang siapa mengetahui bahasa suatu masyarakat, dia akan selamat dari tipu daya mereka."

Kedua, rasul yang diutus Allah itu senantiasa merasa senasib, seperjuangan, dan sepenanggungan terhadap kondisi yang sedang diderita bangsanya. Seorang pemimpin yang menghendaki berpihak atau memikirkan rakyatnya sebenarnya cukup mengikuti jejak dan perilaku Rasul saw. Dengan perhatian yang penuh kepada rakyat yang dipimpin dan mencoba berlaku seperasaan dengan mereka, sudah barang tentu mereka akan merasakan kedekatan dengan pemimpinnya dan bersimpati kepadanya. Seorang pemimpin tidak perlu membual dengan janji-janji kosong dan jargon-jargon politik yang tidak pernah ada buktinya.

Ketiga, rasul yang diutus Allah itu menghendaki keselamatan atas umatnya. Rasulullah sangat mencintai umatnya dan mengharapkan umatnya untuk menempuh jalan keselamatan. Rasulullah berusaha dengan gigih semaksimal mungkin berdakwah beramar makruf nahi munkar untuk menyelamatkan umatnya dari murka Allah SWT. Sesungguhnya umat yang hendak diselamatkan oleh Rasulullah melalui perjuangannya bagaikan laron di malam hari yang memburu terangnya cahaya lampu ceplik. Hewan-hewan kecil yang beterbangan itu bukannya memburu sesuatu yang diinginkannya, akan tetapi hanya memburu sesuatu yang kelihatan menarik untuk didekati. Sesungguhnya apilah yang mereka dekati. Mereka yang tidak sampai tercegah masuk kedalamnya akan mati dan terbakar, tetapi bagi yang masih dapat tercegah, maka akan selamat dari kobaran api tersebut.

Keempat, rasul yang diutus Allah itu amat kasih sayang terhadap umatnya. Sesungguhnya Rasulullah amat kasih sayang terhadap umatnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasul saw pernah berkorban atas nama umatnya yang tidak mampu berkorban. Beliau tegaskan dalam hadisnya, "Ya Allah ini (korban) atas namaku dan atas nama umatku yang tidak berkorban."



Nah,udah tau kan betapa Rasulullah itu sebaik-baik pemimpin..
Yuk, kita teladani sifat-sifat kepemimpinan Rasulullah..
Internalisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari..

disarikan dari berbagai sumber..
1. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

2 komentar:

Anonim mengatakan...

internalisasi tuh sama ama implementasi dan aplikasi gak??
judul postingnya itu jg nama bukunya?? oohh,,
oye,, saya ganti ke alamat ini wilis,, karena ada beberapa kesalahan pngelolaan blog sblumnya.. hehehe..

Wilis Windar Astri mengatakan...

serupa..
cuma kalau internalisasi itu bukan hanya bagaimana kita mengaplikasikannya..
tapi juga bagaimana kita bisa memahaminya...

ini saya sarikan dari artikel-artikel di internet..
judulnya saya buat sendiri..